Langsung ke konten utama

Smart Parenting

Anak laki-laki berbaur dengan anak perempuan dalam bermain saat kecil, perlukah khawatir?

Oleh Kiki Barkiah

Seorang ibu mengkhawatirkan anak laki-lakinya yang berusia TK sering didekati anak-anak perempuan. Beliau khawatir bila terlalu dekat kelak anak tidak bisa menjaga adab pergaulan antara laki-laki Dan perempuan.

Sering sekali orang tua merasa khawatir tentang perkembangan anak-anak di masa yang akan datang, jauh sebelum masa itu tiba. Namun sayangnya khawatiran itu sering sekali menghilangkan banyak kesempatan bagi anak untuk menikmati masa-masa keemasan sebagai anak atau menghilangkan banyak kesempatan belajar. Misalnya kita sering khawatir bila anak terlalu lengket, anak akan manja kelak. Padahal masa-masa membangun kelengketan dengan orang tua ternyata sangat penting bagi kehidupan di masa yang akan datang. Sejalan dengan perkembangan usia, akan muncul kesadaran untuk lebih mandiri.

Contoh lainnya dalam bersosialiasi. Banyak orang tua yang mengkhawatirkan apabila anak sedari kecil bermain dengan lawan jenis, terlalu dekat dengan lawan jenis, bermain dengan permainan khas lawan jenis. Orang tua khawatir bahwa hal ini akan mengganggu perkembangan fitrah seksualitas di masa yang akan datang, atau khawatir bila anak tidak bisa menjaga adab pergaulan di masa yang akan datang. Padahal di masa usia dini adalah masa keemasan bagi anak untuk merasakan pengalaman bermain dengan lawan jenis. Di masa ini juga merupakan kesempatan emas untuk merasakan beragam pengalaman bermain termasik jenis permainan yang khas dengan lawan jenis mereka.

Selagi masa pubertas belum tiba, biarkan anak merasakan pengalaman bermain dengan lawan jenis, bahkan merasakan permainan khas lawan jenis. Karena dengan itu mereka akan belajar mengembangkan imajinasi, meningkatkan perkembangan emosi, serta memperkaya pengalaman. Bahkan bermain boneka bagi anak laki-laki bisa menumbuhkan perasaan kasih sayang.

Dalam perkembangan usianya, insya Allah kita akan punya kesempatan untuk mengajarkan adab berinteraksi dengan lawan jenis. Mereka juga akan mulai memilih kegiatan-kegiatan yang lebih khas sesuai dengan gender mereka. Tentunya melalui proses pengamatan lingkungan sekitar terhadap teman sebaya atau manusia dewasa di sekitar mereka. Selama masih dalam batas wajar, kuta cukup mendampingi mereka dalam bermain. Bila dirasa kurang wajar, seperti sangat terobsesi bermain dengan lawan jenis dan tidak suka bermain dengan sesama jenis, atau sangat terobsesi memainkan permainan khas lawan jenis dan tidak tertarik dengan permainan yang khas sesuai gendernya, maka interfensi positif dapat kita lakukan. Salah satunya dengan secara aktif memberikan pengalihan, membuka banyak kesempatan agar anak bergaul bersama teman dengan gender yang sama atau memberikan beragam pilihan bermain yang khas sesuai gendernya.

Ketika usia anak bertambah, anak semakin siap diberikan pemahaman. Pasa saat itulah kita bisa mulai memasukkan nilai-nilai yang lebih kompleks, seperti mengajarkan anak tentang adab bermain dengan lawan jenis. Tetapi bukan berarti melarang mereka untuk sama sekali tidak bermain dengan lawan jenis. Sebagai contoh, ajarkan anak untuk tidak bermain berdua saja dengan lawan jenis apalagi ditempat sepi. Biasakan mereka bermain dalam jumlah yang komunal. Ajarkan anak untuk tidak bermain di kamar saat berkunjung kerumah teman, apalagi menutup pintu. Ajarkan anak untuk tidak menyentuh lawan jenis pada saat bermain. Bila perlu, gunakan gulungan koran saat bermain kucing-kucingan. Dari situ anak semakin belajar tentang adab bergaul dengan lawan jenis. Tetapi mereka tetap memiliki kesempatan untuk bersosialisasi.

Namun di masa kini, anak-anak usia TK ada yang telah mendapatkan informasi yang tidak wajar. Salah satunya melalui film-film yang mereka tonton. Tak jarang anak usia TK pun sudah mulai muncul rasa suka terhadap lawan jenis, bahkan beberapa di antara mereka mengekspresikan rasa suka mereka dengan ekspresi secara fisik.

Hal ini juga pernah terjadi ada anak saya sewaktu TK. Seorang anak perempuan pernah menciumnya dan saat itu menjadi kesempatan emas bagi saya untuk mengajarkan adab dalam bergaul. Bahwa ekspresi ciuman hanya boleh dilakukan oleh keluarga. Itu pun dengan cara yang wajar. Sehingga saya mengajarkan kepadanya untuk berkata kepada temannya agar tidak melakukan itu lagi. Artinya selama sosialisasi yang mereka lakukan masih wajar, orang tua tidak perlu khawatir. Justru kita perlu khawatir ketika anak-anak tidak mampu bersosialisasi dengan baik atau tidak mau sama sekali bersosialisasi dengan lawan jenisnya. Yang lebih parah bila ia sangat suka bersosialisasi dengan lawan jenis tetapi tidak mau bersosialisasi dengan gender yang sama.

Namun apabila dirasa sudah tidak wajar silakan lakukan intervensi positif. Salah satunya dengan memberikan pemahaman, dan membantu membuka seluas-luasnya kesempatan agar ia bisa bisa bersosialisasi dengan teman yang sesuai dengan gendernya.

Untuk merawat dan mengembangkan fitrah seksualitas seorang anak, yang jauh lebih penting adalah peran orang tua. Orang tua dengan gender yang sama, harus hadir lebih aktif. Terutama ketika anak-anak telah mencapai usia 7 tahun sampai usia 14 tahun. Masa itu adalah Masa keemasan bagi anak belajar tentang bersikap, berpikir dan bertindak sesuai dengan gendernya. Maka anak laki-laki harus dekat dengan ayahnya agar ia belajar untuk menjadi seorang laki-laki sejati. Anak perempuan harus dekat dengan ibunya agar ia belajar menjadi anak perempuan sejati. Pemenuhan kebutuhan perhatian dan kasih sayang dari orang tua yang berbeda gender, insya Allah merupakan upaya membentengi anak dari pergaulan bebas. Karena bila terpenuhi, mereka tidak terlalu haus akan kasih sayang dan pemenuhan cinta dari lawan jenis yang bukan muhrimnya. Apabila ikhtiar ini telah kita lakukan, maka kita berdoa kepada Allah agar anak-anak kita senantiasa terlindung dari godaan setan yang terkutuk. Serta senantiasa menjaga pandangan dan menjaga kemaluannya  dari apa yang diharamkan oleh Allah. Sehingga mereka dapat kita hantarkan menuju gerbang pernikahan dalam keadaan suci dan terjaga.
Biarkan dimasa kecil mereka merasakan pengalaman bermain dengan lawan jenis. Bila tidak, bisa jadi rasa penasaran akan membuat mereka ingin "berpetualang" dalam berinteraksi dengan lawan jenis di masa yang akan datang.  Allahu a'lam bishowab bishowab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lelah kita semoga Lillah

Dalam menjalani ujian demi ujian hidup tentu adakalanya kita merasa lelah. Lelah Itu pun tak berujung, karena ujungnya adalah saat kaki kita mendapati JannahNYA. Aamiin ya Robb

Little Abid

Buku cerdas balita yang dilengkapi dengan digital pen. Keren dan bagus buat stimulus buah hati kita di masa golden age. 😍