Iya mak, aku tau kau minder karena jabatanmu "hanya" ibu rumah tangga, lengkap dengan cepol kusut, muka berminyak, aroma bumbu dapur dan serbet kotak2.
Aku tau terkadang kau benci tak punya kesempatan mengenakan haute couture andalanmu dan lagi2 takluk pada daster butut itu, karena trayek petualanganmu hanya rumah - pasar - sekolah.
(Tak seperti "dia" yang sudah penuh gaya bahkan sebelum ayam jago berkokok, mengecek skejul perjalanannya yang penuh dinamika menggairahkan di tabletnya yang mutakhir)
Boro2 perawatan salon, mandi sehari sekalipun dalam kondisi darurat semampunya, kan mak? Yang kemudian membuatmu sinis memandang teori "me time" penuh kedamaian karena pada prakteknya di lapangan anak2mu menempel ketat laksana magnet kulkas kemanapun kau melangkah.
(Ingin rasanya sehariiii saja kau bisa seperti "dia", bebas melanglang buana separuh hari lamanya tanpa harus peduli urusan domestik rumah tangga)
Sumpah, aku bisa menebak mak, ubun2mu berasap laksana oven Hock nenek moyangmu, mendapati lantai yang baru saja disidak oleh sapu ijukmu sudah kembali penuh dengan Lego si buyung dan krayon si upik, handuk basah, kaus kaki sebelah, sekotak tisu yang berhamburan, hari ini, besok, lusa tak kunjung rapi dan kau sedang PMS pula.
Tak peduli seberapa ngotot kau bergerilya membersihkan rumah bermodalkan traktor sekalipun, selalu ada celah untuk menjulukimu sebagai ibu yang jorok. Ingin kau melolong di puncak Himalaya menumpahkan rasa frustasimu, namun naluri keibuan memaksamu untuk menterjemahkan murkamu menjadi bujukan lembut pada anak2mu.
Duh, aku paham mak, betapa kau merasa usiamu habis di dapur, kuota otakmu kadang kebas memikirkan mau masak apa lagi hari ini, pipi apelmu habis dijajah flek hitam akibat uap panas masakan. Tumpukan setrikaan seukuran Bukit Kubu itu mampu merontokkan setiap sendimu bahkan hanya dengan memandangnya saja.
(Sementara "dia"? Dengan bala pasukan seorang ART, seorang pengasuh dan seorang supir, bahkan mungkin dia tidak tau dimana letak sapu ijuk)
Aku maklum mak, kau harus mengetatkan ikat pinggang karena terkadang uang bulanan hanya cukup untuk kebutuhan rumah tangga, dan kau harus merelakan krim siang malam L'Occitane idamanmu karena tidak punya uang pemasukan yang kau hasilkan sendiri.
("Dia? DIIAAAA...???")
Aku dapat merasa mak, betapa pilu kau menatap ijazah kesarjanaan yang kau peroleh dengan mengorbankan dana, tenaga dan air mata yang tak pernah sempat kau aplikasikan untuk membuktikan kemampuan akademismu.
Kau berangan2 apa rasanya menenteng laptop dengan anggun dan berkantor di gedung yang megah. Apa rasanya memimpin rapat dan memberi instruksi penuh strategi pada anak buah. Namun alih2 kau hanya menenteng keranjang belanjaan yang bau amis. Instruksi yang kau berikan untuk anak buahmu berkisar pada perintah "Mandi jangan lama2", "Ayo habiskan sayurnya" dan "Adek jangan ganggu kakak".
Iya mak, aku tau kau merasa duniamu hanya berputar di tempat, tak menjadi apa2, tak meraih apa2...
Kau merasa buntung karena tak seberuntung "dia", bukan?
....................
BUKAN, MAK.
Apa kau pernah benar2 memahami bagaimana perasaan "dia", si mommy kinclong dalam balutan blazer keren kantoran itu, mak...???
Pernahkah terbayang olehmu betapa traumatisnya menghadapi si kecil yang tantrum berjam2 tidak terima ketika ia mengganti daster bunga2nya di Minggu malam dengan setelan rapi di Senin pagi?
Pernahkah kau alami betapa serasa ditindih dosa umat sedunia ketika ia terpaksa meninggalkan anak yang demam tinggi karena sudah tidak memiliki sisa cuti?
Taukah kau mak, si mommy kantoran itu ingin menyerahkan segala yang ia punya agar hari ini ia tak melihat wajah murung jagoan kecilnya yang lagi2 terpaksa mengambil sendiri raportnya karena kesempatan emas itu harus ia bagi rata dengan begitu banyak rekan kerjanya yang lain?
Sanggupkah kau jalani skenario hidupnya sebagai ibu yang kerap membatalkan segala macam janji pada si buah hati hanya karena mendadak dipanggil meeting hingga larut malam? Diwajibkan training seharian penuh di akhir pekan? Dibebankan dinas luar kota di hari ulang tahun orang2 tercintanya?
Pernahkah kau fikirkan apa rasanya membanting tulang untuk membayar cicilan rumah, namun kau hampir tidak pernah benar2 jadi penghuninya mak?
Masya Allah, taukah kau mak betapa nista rasanya bergelar sarjana berderet2, lulusan perguruan terbaik negeri ini, namun buah hati tercinta yang menjadi alasan mereka mencari nafkah dibesarkan oleh pengasuh lulusan SD?
Fakta paling mengerikan yang menghantui mereka yang perlu kau ketahui mak, adalah bahwa mereka sadar betul di padang mahsyar nanti tidak akan ada satu pertanyaan pun mengenai skill mereka dalam menyusun laporan bulanan, atau kesuksesan mereka melejitkan omzet perusahaan, atau prestasi mereka menjadi karyawan teladan 10 tahun berturut2.
Materi sidang yang membuat semua perempuan berstatus ibu bakal menggigil tak terkendali di pengadilan akbar nanti akan diajukan berdasarkan sabda Rasulullah SAW:
"...Dan seorang perempuan adalah pemelihara dalam rumah suaminya, IA AKAN DIMINTAI PERTANGGUNGJAWABAN mengenai apa pun yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya."
[HR. Al-Bukhari]
Dan yang ada dalam pemeliharaan seorang perempuan tak tanggung2 mak, titipan paling berharga yang pernah dianugerahkan Allah SWT kepada manusia: darah daging kita.
Sudah tunaikah tugas mendidik mereka menjadi investasi jariyah terbaik bagi kita orangtuanya saat kita terbujur kaku enam kaki dibawah tanah kelak?
....................
Percayalah mak, aku tau persis perasaanmu Mak Berdaster, sebagaimana aku tau persis perasaan "musuh abadimu", si Mommy Berblazer.
Bagaimana bisa? Karena aku adalah mantan manajer yang alhamdulillah sekarang naik jabatan menjadi CEO di sebuah perusahaan paling magis bernama RUMAH.
Aku akan membelamu bila ada yang mengatakan betapa santainya menjadi seorang ibu rumah tangga. Namun aku juga akan membela "dia" yang selalu diam dalam sabar dituduh sebagai wanita yang mengagungkan karir di atas segalanya.
Dengan segala kelebihan dan kekurangan yang mewarnai, kita semua memegang benang merah yang sama: sebagai seorang ibu.
Jadi berhentilah menyiksa dirimu mak. Kau adalah hamba yang dipilih Allah untuk menyusuri jalan tol yang jauh lebih mulus menuju surgaNya. Setiap tetes keringat dan airmatamu diganjar dengan pahala. Setiap helai pakaian yang kau cuci, setiap butir nasi yang kau tanak, setiap langkah yang kau ayunkan mengantar mereka ke gerbang sekolah, setiap malam saat mereka berebutan berbaring di pelukanmu mendengar dongeng yang kau bacakan, setiap setoran ayat2 suci saat kau membimbing mereka dalam tahfiz, seluruhnya bernilai pahala laksana ombak yang bergulung2 bagimu mak, berlomba2 mengisi rekening amalmu.
Kompromilah sesuai kekuatanmu mak. Kau bisa pilih satu dua hari dalam sepekan untuk kau gunakan memasak beberapa hidangan sekaligus kemudian simpan di freezer hingga untuk hari2 berikutnya kau hanya tinggal memanaskannya saja.
Kalau krim siang malam jutaan rupiah itu mencekik budgetmu mak, coba intip stok makanan di kulkas. Dari sekilo kentang, sisihkan sebutir untuk masker anti flek hitammu. Usapkan lemon yang ditaburi gula sebagai scrub anti-aging mu. Rutinkan mengkonsumsi tomat dari sekarang mak, dan mendadak rahasia kulit cemerlang Syahrini ada di tanganmu.
Tak perlu terlalu menuntut lelaki yang kau pilih sebagai imam rumah tanggamu untuk selalu menyisihkan upeti spesial bagi perawatanmu kalau ia memang belum mampu. Insya Allah air wudhu 5 kali sehari itu dapat membuatmu menjadi wanita yang memiliki wajah sekaligus hati yang glowing setara bidadari surga.
Sekarang setiap kau meratapi gelar sarjanamu, ingatlah petuah bijak ini mak:
"Apabila seorang laki2 berpendidikan tinggi, dia hanya mendidik dirinya sendiri. Namun apabila seorang perempuan berpendidikan tinggi, dia akan mendidik satu generasi"
Nah, siapa yang berani bilang ilmumu sia2 mak? Kau mewakafkan ilmumu di tempat yang paling tepat: di tengah2 keluargamu. Kau menerapkannya 24 jam penuh dalam sehari, 7 hari penuh dalam seminggu untuk membangun peradaban manusia.
Saat kau merasa energimu habis disedot oleh makhluk2 yang belum bisa mandi sendiri, saat kau harus mengganti popok pada suapan pertama makan siangmu... Ditengah antrian pada sebuah klinik kesuburan, ada seorang mommy kantoran yang menganggap betapa beruntungnya dirimu, mak.
Aku tau lelahmu terasa sia2 melihat rumahmu terus menerus seumpama kapal pecah. Lagi2 kompromi lah mak. Kalau kau butuh kerapihan, maka anakmu juga butuh kesempatan ekspresi dan eksplorasi. Aturlah kesepakatan, kalau hari ini mereka menyulap istana mungilmu menjadi kamp pengungsian, maka keesokan harinya adalah hari merapikan mainan bersama2.
Suatu hari nanti kau sendiri yang akan menaburkan mainan2 mereka di lantai sambil ingatanmu memutar memori penuh cinta kasih bersama para magnet kulkas itu, SENDIRIAN, saat mereka sudah menjadi manusia2 dewasa yang akan terbang menjauh dari sayap suci perlindunganmu.
Jalani dengan ikhlas mak, maka Insya Allah kau lebih bahagia. Keluargamu hanya butuh ibu yang rapi dan wangi 10 persen saja, sisa yang 90 persennya mereka butuh kehadiran ibu yang bahagia. Karena kebahagiaan seluruh penghuni rumah bermula dari hati seorang ibu.
Sudahilah peperangan batinmu melawan mommy kantoran itu ya mak, KARENA KAU LAH PEMENANGNYA!!
.
.
Tabarakallahu.
#CopasStatusCCS
Aku tau terkadang kau benci tak punya kesempatan mengenakan haute couture andalanmu dan lagi2 takluk pada daster butut itu, karena trayek petualanganmu hanya rumah - pasar - sekolah.
(Tak seperti "dia" yang sudah penuh gaya bahkan sebelum ayam jago berkokok, mengecek skejul perjalanannya yang penuh dinamika menggairahkan di tabletnya yang mutakhir)
Boro2 perawatan salon, mandi sehari sekalipun dalam kondisi darurat semampunya, kan mak? Yang kemudian membuatmu sinis memandang teori "me time" penuh kedamaian karena pada prakteknya di lapangan anak2mu menempel ketat laksana magnet kulkas kemanapun kau melangkah.
(Ingin rasanya sehariiii saja kau bisa seperti "dia", bebas melanglang buana separuh hari lamanya tanpa harus peduli urusan domestik rumah tangga)
Sumpah, aku bisa menebak mak, ubun2mu berasap laksana oven Hock nenek moyangmu, mendapati lantai yang baru saja disidak oleh sapu ijukmu sudah kembali penuh dengan Lego si buyung dan krayon si upik, handuk basah, kaus kaki sebelah, sekotak tisu yang berhamburan, hari ini, besok, lusa tak kunjung rapi dan kau sedang PMS pula.
Tak peduli seberapa ngotot kau bergerilya membersihkan rumah bermodalkan traktor sekalipun, selalu ada celah untuk menjulukimu sebagai ibu yang jorok. Ingin kau melolong di puncak Himalaya menumpahkan rasa frustasimu, namun naluri keibuan memaksamu untuk menterjemahkan murkamu menjadi bujukan lembut pada anak2mu.
Duh, aku paham mak, betapa kau merasa usiamu habis di dapur, kuota otakmu kadang kebas memikirkan mau masak apa lagi hari ini, pipi apelmu habis dijajah flek hitam akibat uap panas masakan. Tumpukan setrikaan seukuran Bukit Kubu itu mampu merontokkan setiap sendimu bahkan hanya dengan memandangnya saja.
(Sementara "dia"? Dengan bala pasukan seorang ART, seorang pengasuh dan seorang supir, bahkan mungkin dia tidak tau dimana letak sapu ijuk)
Aku maklum mak, kau harus mengetatkan ikat pinggang karena terkadang uang bulanan hanya cukup untuk kebutuhan rumah tangga, dan kau harus merelakan krim siang malam L'Occitane idamanmu karena tidak punya uang pemasukan yang kau hasilkan sendiri.
("Dia? DIIAAAA...???")
Aku dapat merasa mak, betapa pilu kau menatap ijazah kesarjanaan yang kau peroleh dengan mengorbankan dana, tenaga dan air mata yang tak pernah sempat kau aplikasikan untuk membuktikan kemampuan akademismu.
Kau berangan2 apa rasanya menenteng laptop dengan anggun dan berkantor di gedung yang megah. Apa rasanya memimpin rapat dan memberi instruksi penuh strategi pada anak buah. Namun alih2 kau hanya menenteng keranjang belanjaan yang bau amis. Instruksi yang kau berikan untuk anak buahmu berkisar pada perintah "Mandi jangan lama2", "Ayo habiskan sayurnya" dan "Adek jangan ganggu kakak".
Iya mak, aku tau kau merasa duniamu hanya berputar di tempat, tak menjadi apa2, tak meraih apa2...
Kau merasa buntung karena tak seberuntung "dia", bukan?
....................
BUKAN, MAK.
Apa kau pernah benar2 memahami bagaimana perasaan "dia", si mommy kinclong dalam balutan blazer keren kantoran itu, mak...???
Pernahkah terbayang olehmu betapa traumatisnya menghadapi si kecil yang tantrum berjam2 tidak terima ketika ia mengganti daster bunga2nya di Minggu malam dengan setelan rapi di Senin pagi?
Pernahkah kau alami betapa serasa ditindih dosa umat sedunia ketika ia terpaksa meninggalkan anak yang demam tinggi karena sudah tidak memiliki sisa cuti?
Taukah kau mak, si mommy kantoran itu ingin menyerahkan segala yang ia punya agar hari ini ia tak melihat wajah murung jagoan kecilnya yang lagi2 terpaksa mengambil sendiri raportnya karena kesempatan emas itu harus ia bagi rata dengan begitu banyak rekan kerjanya yang lain?
Sanggupkah kau jalani skenario hidupnya sebagai ibu yang kerap membatalkan segala macam janji pada si buah hati hanya karena mendadak dipanggil meeting hingga larut malam? Diwajibkan training seharian penuh di akhir pekan? Dibebankan dinas luar kota di hari ulang tahun orang2 tercintanya?
Pernahkah kau fikirkan apa rasanya membanting tulang untuk membayar cicilan rumah, namun kau hampir tidak pernah benar2 jadi penghuninya mak?
Masya Allah, taukah kau mak betapa nista rasanya bergelar sarjana berderet2, lulusan perguruan terbaik negeri ini, namun buah hati tercinta yang menjadi alasan mereka mencari nafkah dibesarkan oleh pengasuh lulusan SD?
Fakta paling mengerikan yang menghantui mereka yang perlu kau ketahui mak, adalah bahwa mereka sadar betul di padang mahsyar nanti tidak akan ada satu pertanyaan pun mengenai skill mereka dalam menyusun laporan bulanan, atau kesuksesan mereka melejitkan omzet perusahaan, atau prestasi mereka menjadi karyawan teladan 10 tahun berturut2.
Materi sidang yang membuat semua perempuan berstatus ibu bakal menggigil tak terkendali di pengadilan akbar nanti akan diajukan berdasarkan sabda Rasulullah SAW:
"...Dan seorang perempuan adalah pemelihara dalam rumah suaminya, IA AKAN DIMINTAI PERTANGGUNGJAWABAN mengenai apa pun yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya."
[HR. Al-Bukhari]
Dan yang ada dalam pemeliharaan seorang perempuan tak tanggung2 mak, titipan paling berharga yang pernah dianugerahkan Allah SWT kepada manusia: darah daging kita.
Sudah tunaikah tugas mendidik mereka menjadi investasi jariyah terbaik bagi kita orangtuanya saat kita terbujur kaku enam kaki dibawah tanah kelak?
....................
Percayalah mak, aku tau persis perasaanmu Mak Berdaster, sebagaimana aku tau persis perasaan "musuh abadimu", si Mommy Berblazer.
Bagaimana bisa? Karena aku adalah mantan manajer yang alhamdulillah sekarang naik jabatan menjadi CEO di sebuah perusahaan paling magis bernama RUMAH.
Aku akan membelamu bila ada yang mengatakan betapa santainya menjadi seorang ibu rumah tangga. Namun aku juga akan membela "dia" yang selalu diam dalam sabar dituduh sebagai wanita yang mengagungkan karir di atas segalanya.
Dengan segala kelebihan dan kekurangan yang mewarnai, kita semua memegang benang merah yang sama: sebagai seorang ibu.
Jadi berhentilah menyiksa dirimu mak. Kau adalah hamba yang dipilih Allah untuk menyusuri jalan tol yang jauh lebih mulus menuju surgaNya. Setiap tetes keringat dan airmatamu diganjar dengan pahala. Setiap helai pakaian yang kau cuci, setiap butir nasi yang kau tanak, setiap langkah yang kau ayunkan mengantar mereka ke gerbang sekolah, setiap malam saat mereka berebutan berbaring di pelukanmu mendengar dongeng yang kau bacakan, setiap setoran ayat2 suci saat kau membimbing mereka dalam tahfiz, seluruhnya bernilai pahala laksana ombak yang bergulung2 bagimu mak, berlomba2 mengisi rekening amalmu.
Kompromilah sesuai kekuatanmu mak. Kau bisa pilih satu dua hari dalam sepekan untuk kau gunakan memasak beberapa hidangan sekaligus kemudian simpan di freezer hingga untuk hari2 berikutnya kau hanya tinggal memanaskannya saja.
Kalau krim siang malam jutaan rupiah itu mencekik budgetmu mak, coba intip stok makanan di kulkas. Dari sekilo kentang, sisihkan sebutir untuk masker anti flek hitammu. Usapkan lemon yang ditaburi gula sebagai scrub anti-aging mu. Rutinkan mengkonsumsi tomat dari sekarang mak, dan mendadak rahasia kulit cemerlang Syahrini ada di tanganmu.
Tak perlu terlalu menuntut lelaki yang kau pilih sebagai imam rumah tanggamu untuk selalu menyisihkan upeti spesial bagi perawatanmu kalau ia memang belum mampu. Insya Allah air wudhu 5 kali sehari itu dapat membuatmu menjadi wanita yang memiliki wajah sekaligus hati yang glowing setara bidadari surga.
Sekarang setiap kau meratapi gelar sarjanamu, ingatlah petuah bijak ini mak:
"Apabila seorang laki2 berpendidikan tinggi, dia hanya mendidik dirinya sendiri. Namun apabila seorang perempuan berpendidikan tinggi, dia akan mendidik satu generasi"
Nah, siapa yang berani bilang ilmumu sia2 mak? Kau mewakafkan ilmumu di tempat yang paling tepat: di tengah2 keluargamu. Kau menerapkannya 24 jam penuh dalam sehari, 7 hari penuh dalam seminggu untuk membangun peradaban manusia.
Saat kau merasa energimu habis disedot oleh makhluk2 yang belum bisa mandi sendiri, saat kau harus mengganti popok pada suapan pertama makan siangmu... Ditengah antrian pada sebuah klinik kesuburan, ada seorang mommy kantoran yang menganggap betapa beruntungnya dirimu, mak.
Aku tau lelahmu terasa sia2 melihat rumahmu terus menerus seumpama kapal pecah. Lagi2 kompromi lah mak. Kalau kau butuh kerapihan, maka anakmu juga butuh kesempatan ekspresi dan eksplorasi. Aturlah kesepakatan, kalau hari ini mereka menyulap istana mungilmu menjadi kamp pengungsian, maka keesokan harinya adalah hari merapikan mainan bersama2.
Suatu hari nanti kau sendiri yang akan menaburkan mainan2 mereka di lantai sambil ingatanmu memutar memori penuh cinta kasih bersama para magnet kulkas itu, SENDIRIAN, saat mereka sudah menjadi manusia2 dewasa yang akan terbang menjauh dari sayap suci perlindunganmu.
Jalani dengan ikhlas mak, maka Insya Allah kau lebih bahagia. Keluargamu hanya butuh ibu yang rapi dan wangi 10 persen saja, sisa yang 90 persennya mereka butuh kehadiran ibu yang bahagia. Karena kebahagiaan seluruh penghuni rumah bermula dari hati seorang ibu.
Sudahilah peperangan batinmu melawan mommy kantoran itu ya mak, KARENA KAU LAH PEMENANGNYA!!
.
.
Tabarakallahu.
#CopasStatusCCS
Komentar
Posting Komentar